Minggu, 20 Mei 2018

INFLASI


A.   PENGERTIAN INFLASI
Ø  Menurut Wikipedia
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga – harga secara umum dan terus – menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi - rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.    
Ø  Menurut Rimsky K. Judisseno
Inflasi adalah salah satu kejadian yang dimana moneter yang ditunjukkan dari satu kecenderungan dari naiknya harga barang – barang pada umumnya. Dalam kejadian ini berarti sedang terjadinya penurunan tingkat nilai mata uang.  
Ø  Menurut Nopirin
Inflasi adalah Proses kenaikan harga – harga umum barang – barang secara terus menerus selama periode tertentu.

Ø  Menurut Samuelson dan Nordhaus
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Rate Of Inflation (year t) = Price level (year t) – Price level (year t-l) rice level (year t-l).

B.   PENYEBAB TERJADINYA INFLASI
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya Inflasi antara lain :
1.      Inflasi Karena Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi ini disebabkan oleh adanya daya tarik dari permintaan masyarakat terhadap berbagai barang yang terlalu kuat. Inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia di pasaran. Karena keinginan yang terlalu berlebihan itu, permintaan menjadi bertambah sedangkan penawaran masih tetap yang akhirnya mengakibatkan harga menjadi naik. 
2.      Inflasi Karena Bertambahnya Uang yang beredar (Quantity Theory Inflation)
Inflasi ini disebabkan karena bertambahnya uang yang beredar dikemukakan oleh kaum klasik yang menyatakan bahwa ada keterkaitan antara jumlah uang yang beredar dengan harga – harga. Apabila jumlag barang tetap namun jumlah uang yang beredar lebih besar dua kali lipat, maka harga barang pun menjadi lebih mahal dua kali lipat. Jumlah uang yang beredar di masyarakat bisa bertambah apabila suatu negara menggunakan sistem anggaran defisit. Sehingga untuk menutup kekurangan anggaran tersebut, negara mencetak uang baru yang menyebabkan harga naik.
3.      Inflasi Karena Kenaikan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)
Inflasi ini disebabkan karena adanya dorongan kenaikan biaya produksi dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus. Secara umum inflasi kenaikan biaya produksi ini disebabkan karena adanya desakan biaya faktor produksi yang terus naik.
4.      Inflasi Campuran (Mixed Inflation)
Inflasi ini disebabkan karena adanya kenaikan penawaran dan permintaan. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan.ketika permintaan terhadap suatu barang atau jasa bertambah, kemudian mengakibatkan penyediaan barang dan faktor produksi menjadi turun. Sementara itu, pengganti atau substitusi untuk barang dan jasa tersebut terbatas atau tidak ada. Keadaan yang tidak seimbang ini akan menyebabkan harga barang dan jasa naik. Inflasi jenis ini akan sangat sulit diatasi atau dikendalikan ketika kenaikan supply akan suatu barang atau jasa lebih tinggi atau setidaknya setara dengan permintaan.
5.       Inflasi Ekspektasi (Expected Inflation)
Inflasi ini disebabkan karena adanya akibat dari perilaku masyarakat yang berpendapat bahwa kondisi ekonomi di masa yang akan datang akan menjadi lebih baik lagi. Harapan masyarakat akan kondisi ekonomi di masa yang akan datang juga bisa menyebabkan terjadinya inflasi permintaan atau juga inflasi biaya produksi. Inflasi jeni ini tergolong sulit untuk dideteksi karena kejadiannya tidak terlalu signifikan.
6.      Inflasi Karena Struktural Ekonomi yang Kaku (Structural Theory Inflation)
Inflasi ini disebabkan karena adanya Produsen tidak bisa mencegah dengan cepat kenaikan permintaan yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk. Akhirnya permintaan sulit dipenuhi saat ada pertumbuhan jumlah penduduk.


C.   COST PUSH INFLATION
Beberapa model yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya inflasi antara lain adalah :
  Ø  Model Keynesian
  Ø   Model Ekspektasi
  Ø   Model Monetaris
  Ø   Model Kepemimpinan-Gaji
  Ø   Model Strukturalis, dan
  Ø   Model NeoStrukturalis
       Empat model yang pertama disebutkan diatas banyak digunakan untuk meneliti masalah inflasi dinegara – negara maju, sementara dua model terakhir banyak digunakan untuk meneliti masalah inflasi di negara berkembang, sedangkan model monetaris banyak digunakan baik dinegara maju maupun berkembang.
1.      Model Keynesian
Model ini tampaknya lebih menitik beratkan penyebab terjadinya inflasi dari sisi permintaan (demand-pull inflastion), dengan pemikiran dasar bahwa inflasi terjadi karena ekses permintaan. Hal ini dapat terjadi karena permintaan yang bertambah, sementara jumlah produksi (dan tentu saja kesempatan kerja) relatip tetap, atau berjalan lebih lambat, akibatnya sisi penawaran tidak mampu mengimbangi permintaan yang ada, sehingga garis permintaan bergeser keatas dan harga naik. 
2.      Model Ekspektasi
Dalam meneliti masalah inflasi model ini menggunakan asumsi dasar bahwa masyarakat dan pelaku ekonomi lainnya memiliki perkiraan, harapan, dan dapat mengantisipasi terjadinya kenaikan harga dengan bertindak secara rasional. Masyarakat akan menggunakan seluruh informasi yang berkaitan dengan masalah kenaikan harga untuk bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan ekonominya.  
3.      Model Monetaris
Seperti model Keynesian, model Monetaris ini juga melihat penyebab inflasi dari sisi permintaan (demand-pull inflation), namun penyebab utama akses permintaan adalah adanya uang beredar dalam arti sempit (M1). Seperti diketahui bahwa meningkatnya uang beredar akan meningkatkan permintaan agregat, yang apabila tidak diimbangi dengan tersedianya produksi yang memadai akan menimbulkan ekses demand yang berati terjadi kenaikan harga.
4.      Model Kepemimpinan – Gaji
Apabila model Keynesian dan Monetaris lebih melihat penyebab kenaikan harga dari sisi permintaan, maka model ini mempercayai bahwa penyebab kenaikan harga adalah terjadinya kenaikan gaji (tuntutan dari serikat buruh atau peraturan Pemerintah) pada industri-industri yang utama, yang kemudian diikuti oleh industri-industri lainnya. Kenaikan gaji ini tentu saja akan berdampak pada meningkatnya ongkos produksi, bila industri tersebut tidak dapat melakukan efisiensi di pos biaya produksi lainnya, sehingga harga produk akan naik (cost-push inflation).
5.      Model Strukturalis
Seperti model sebelumnya, model ini percaya bahwa penyebab inflasi adalah dari sisi penawaran (cost-push inflation) disamping itu tentu saja masalah struktural (lihat juga Fischer, Mayer, 1981, Cavanese, 1982,). Masalah struktural timbul terutama di negara yang ketergantungan pada produk makanan misalnya, masih tinggi (contoh Indonesia), di sisi lain pertumbuhan ekonomi (dan kesempatan kerja) di sektor lain cukup tinggi. Masalah terjadi apabila ada ketimbangan antara jumlah produksi sektor pertanian tidak dapat mengimbangi permintaan pangan dari sektor lainnya. Sehingga menyebabkan harga pangan naik. Kenaikan kebutuhan pokok ini dapat mendorong tuntutan kenaikan upah yang tentu saja dapat berakhibat naiknya biaya produksi (cost-push inflation). Selain itu, model ini juga dapat memicu tingginya biaya produksi. Menurut model ini, berkurangnya cadangan devisa juga dapat menjadi pemicu terjadinya kenaikan harga, apabila dengan cadangan devisa yang kecil, kemampuan impor kebutuhan bahan baku menjadi berkurang, sehingga produksi berjalan lambat, sementara permintaan tetap atau bahkan bertambah.      
6.      Model Neostrukturalis
Ada kaitannya dengan model Monetaris, model ini juga sepakat bahwa jumlah uang menjadi faktor penting penentu besaran inflasi. Hanya saja menurut model ini, pengaruh tersebut melalui proses sebagai berikut : banyaknya uang yang tersedia untuk investasi akan menyebabkan harga uang tersebut, yaitu tingkat bunga menjadi rendah. Rendahnya tingkat bunga akan mendorong meningkatnya volume investasi, sehingga nilai produksi akan meningkat, dan tentu saja akan harga akan lebih rendah (inflasi rendah), begitu pula sebaliknya.